AkiFuad mengisahkan bahwa Gus Miek adalah sahabat sekaligus guru beliau dalam menempuh laku spiritual saat muda bersama Gus Dur. Tiga ulama ini merupakan mantan 'teman ngopi', ziarah dan diskusi persoalan-persoalan keumatan dan kebangsaan. Dalam berbagai kesempatan sowan saya ke Aki Fuad, tidak jarang beliau mengutip hikmah-hikmah kebangsaan Gus Thuba duduk bersila. Di sampingnya sejumlah orang duduk bersimpuh dengan takzim. Beberapa orang mengambil tempat di belakangnya. Rambut ikal Gus Thuba yang gondrong tertutup peci hitam. Peci berukuran tinggi itu sepertinya menjadi ciri khasnya. Posisinya ambles di bagian depan. Malam itu Gus Thuba mengenakan kemeja lengan panjang warna merah dengan kancing terbuka. Terlihat kaos oblong hitam polos melekat di dalamnya. Ia juga membiarkan cambangnya tidak tercukur. Agus Thuba Topo Broto Maneges sedang mengimami syiiran Molekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Sambil melafal syiiran, kepalanya terus menunduk. Suaranya tebal. Pada nada-nada tinggi, terdengar serak. Banyak yang menyamakan suara Gus Thuba dengan almarhum KH Hamim Jazuli atau Gus Miek, kakeknya. “Suarane wibawane gus miek muda Suaranya, wibawanya Gus Miek muda ,” tulis salah satu akun di channel youtube yt. “Apa itu dzikrul ghofilin?,” tanya Gus Thuba tiba-tiba di depan para jamaah. Dzikrul ghofilin merupakan aktifitas dzikir atau wirid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nama dzikrul ghofilin mengutip dari Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172 dan 205. Di awal-awal, Gus Miek selaku mursyid tunggal dzikrul ghofilin melakukan wirid dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 100 kali setiap hari setelah salat. Kemudian dalam perjalanannya bacaan Al-Fatihah tersebut dipadukan dengan bacaan lain, seperti Asmaul Husna, Ayat Kursi, Istighfar, Shalawat dan Tahlil. “Proses berjalannya naskah dzikrul ghofilin hingga mencapai proses cetak membutuhkan waktu sangat panjang, yakni dari 1971 sampai 1973,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Sejumlah sumber menyebut, dzikrul ghofilin dirumuskan tiga orang kiai. Yakni Kiai Abdul Hamid bin Abdullah Pasuruan, Kiai Achmad Siddiq Jember, dan Kiai Hamim Jazuli Gus Miek Kediri. Inti dari ajaran wirid dzikrul ghofilin adalah mengajak manusia untuk selalu ingat kepada Allah SWT. Sebab lupa sudah menjadi sifat relatif manusia. Gus Thuba mengatakan, masih banyak orang yang belum memahami makna dzikrul ghofilin. Intinya dzikrul ghofilin adalah upaya mencari pegangan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab selama ini, kata dia dirinya dan semua yang hadir di majelis taklim, masih jauh dari Allah SWT. “Ngemuti kulo dan panjenengan tiyang ingkang taksih tebih kaleh Alloh Teringat kalau saya dan anda semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT,” kata Gus Thuba “Kersane gadah kapital. Supados mbenjing mati saget khusnul khotimah. Supaya punya modal. Supaya kalau meninggal dunia nanti bisa khusnul khotimah,” tambahnya. Gus Thuba juga mengatakan kalau pengamal wirid dzikrul ghofilin harus memiliki keyakinan dan kemantapan hati. Sebagai makhluk harus senantiasa merasa jauh dari Allah SWT dan karena itu terus berusaha mendekatkan hati. Sebagai makhluk harus menyingkirkan jiwa keakuan dan terus merasa banyak dosa dan salah. Untuk itu terus berusaha mendekat kepada Allah SWT sekaligus meminta ampunannya. Karenanya para pengamal dzikrul ghofilin bukan sekedar berburu ganjaran pahala. “Nyedekke ati dateng pengeran. Kulo kaliyan panjenengan punika tiyang ingkang taksih tebih saking pengeran. Solih mawon taksih tebih. Mendekatkan hati kepada Allah SWT. Saya dan kalian semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT. Bahkan soleh saja masih jauh,” ungkapnya. Di media sosial, nama Gus Thuba lagi moncer. Tidak hanya suara. Banyak akun yang menanggapi cara dakwah Gus Thuba yang menyerupai gaya dakwah Gus Miek, kakeknya. “Pembawaan syiirnya muirip si Mbah yai Miek,” tulis akun lain. “Subhalllah semoga terus bisa istiqomah” dan “Mugi barokah dzikrul ghofilin”. Tidak berhenti di situ. Para muhibbin yang bertebaran di media sosial juga banyak mengunggah foto Gus Thuba yang diikuti poster berisi tausiyah. Diantaranya , “Di saat istri marah saja kita sudah bingung kenapa di saat Tuhan marah kita biasa-biasa saja?”. Di bawah kalimat yang bersifat quote itu tertulis dawuh Gus Thuba. Kemudian ada lagi Akeh menungso kokehan ilmu kurang amal, menang ilmu kalah ibadah banyak manusia kelebihan ilmu tapi kurang beramal, menang ilmu tapi ibadah kalah. “Mengharap surga tanpa tindakan adalah dosa”. Pengungah kata-kata Gus Thuba itu adalah akun instagram moloekatan_gusmiek. Seolah tak mau kalah. Akun moloekatan_banyuwangi mengunggah petuah Gus Thuba lainya, yakni, “ Keseimbangan antara roja’ berharap rohmat kepada Allah, dan khouf takut kepada alloh , harus seimbang, karena jika berat sebelah salah satunya akan berakibat fatal”. Gus Thuba dalam tausiyahnya juga mempertegas seperti apa sikap manusia di hadapan sang khalik. “Merasa hina adalah hal paling mulia di hadapanNya,” kata Gus Thuba. “Ingat akan salah dan dosa aja tidak, apalagi ingat tuhan?,” tambahnya. Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat. Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memakai istilah Moloekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Gus Thuba merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek. Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. “Gus Miek pernah menyatakan, salah satu alasan dia mendirikan Jam’iyah Lailiyah adalah karena selama ini dia menangis melihat berbagai perpecahan yang terjadi di antara pengikut tarekat,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Dari Jam’iyah Lailiyah kemudian dalam perjalanannya lahir dzikrul ghofilin. Gus Miek menciptakan ramuan amalan yang mampu mewadahi dan bisa dilaksanakan oleh berbagai pengikut tarekat dan berbagai umat, baik yang sudah ikut tarekat atau belum. Amalan Gus Miek juga diperuntukkan bagi orang yang masih awam, orang alim dan pelaku maksiat. Dalam tulisannya yang berjudul “Dzikrul Ghofilin untuk orang-orang yang ingin dikumpulkan dengan para wali dan shalihin”, Gus Miek mengatakan amalannya sangat sederhana dalam praktik dan pengamalannya. Amalannya juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya. “Yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun di akhirat”. Gus Miek juga pernah menyatakan, kelak Jantiko dan Dzikrul Ghofilin bisa menjadi tempat duduk-duduk santai dan hiburan bagi anak dan cucu kita. Dzikrul Ghofilin kini berganti nama Moloekatan Gus Miek atau Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Dari berbagai sumber yang dihimpun, pengubahan nama tersebut bertujuan untuk memperjelas kemurnian dan pakem amaliyah Gus Miek. Di Jam’iyah ini, Gus Robert bertindak penanggung jawab dan Gus Thuba sebagai wakil penanggung jawab. Gus Thuba dalam tausiyahnya mengingatkan pada ajaran-ajaran Gus Miek. Gus Thuba menyatakan, “ono ngaji ilmu, ono ngaji laku ada mengaji ilmu dan mengaji atau perbuatan. Baca jugaUngkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno Selamat Jalan PejuangLahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton PresidenKisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies BaswedanMakna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies BaswedanPeran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Artikel Terkait Banyakkalangan Ulama yang menyatakan bahwa KH Chamim Jazuli atau yang dikenal Gus Miek sudah terlihat kewaliannya sejak masih dalam kandungan, di antaranya adalah KH. Mubasyir Mundzir (Bandar-Kediri) yang merupakan sahabat sekaligus guru Gus Miek, begitu KH. Dalhar (Watucongol) yang kelak menjadi guru Gus Miek. Bahkan ayahanda Gus Miek, KH. Djazuli justru boso kepada Gus []
– Video Gus Thuba yang bertemu dengan Habib Abdul Qadir Bin Abdul Hadi Al-Hadir Banyuwangi viral di media sosial. Pasalnya dalam video tersebut, warganet menganggap tingkah dan gaya Gus Thuba dinilai tidak beradab, terlebih bertemu dengan Habib yang lebih tua dan juga alim. Di video terlihat Gus Tubha sedang berjalan dan dikawal oleh beberapa orang untuk bertemu dengan Habib Abdul Qadir dalam sebuah acara. Saat bertemu, Habib Abdul Qadir kemudian mencium tangan Gus Tubha sebagai bentuk rasa hormat kepadanya. Namun anehnya respon yang diberikan oleh Gus Tubha tidak mencerminkan seorang ulama yang biasanya akan mencium tangan atau merendah jika bertemu dengan orang yang lebih tua atau berilmu. Gus Thuba sesekali malah menghisap rokok dan juga memalingkan pandangannya ketika berbicara dengan Habib Abdul Qadir. Baca Juga Mengenal Gus Miek, Kakek Gus Thuba yang Memiliki Karomah Wali Akibat aksinya tersebut, banyak warganet yang menyayangkan atas perilaku yang dilakukan oleh Gus Thuba terhadap seorang Habib. Lantas, sebenarnya siapa Gus Thuba itu? Dilansir dari Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Baca Juga Ini Kronologi Perempuan Poliandri di Cianjur Berujung Pengusiran, Gus Miftah Poliandri Tidak Dibenarkan Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat.
Selaindengan pengurus muslimat NU, nampak terlihat kedekatan Kofifah-Emil dengan Gus Robert putra Kiai Karismatik Ploso Kediri, Hamim Tohari Djazuli, yang akrab dipanggil Gus Miek, termasuk juga dengan Gus Bahak maupun kiai, alim ulama yang hadir dalam haul ini. Khofifah tak lupa menceritakan tentang Gus Dur seringkali menceritakan tentang
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ZfQEwrXQWwy5XYcKmshuGvtFcYOgrpBclifiWjcuUKcnoOWhWJpxWA==
GusRobert merupakan putra ketiga Gus Miek dari 6 bersaudara. Bia ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri.
Putra- putra Kiyai Robert Miek Gus Lays Robert Miek dan Gus Tuba Robert Miek moment haul Gus Miek ke 30 di Ndalem Gus Miek Lor pasar Ploso Mojo Kediri.Thank
MisiMemperjuangkan para Abdinya,,,Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh !!! 😇😇😇
O7yd.
  • s5ofwv3lou.pages.dev/24
  • s5ofwv3lou.pages.dev/25
  • s5ofwv3lou.pages.dev/225
  • s5ofwv3lou.pages.dev/572
  • s5ofwv3lou.pages.dev/200
  • s5ofwv3lou.pages.dev/279
  • s5ofwv3lou.pages.dev/66
  • s5ofwv3lou.pages.dev/351
  • gus robert putra gus miek